DASAR
TEORI
IBU
HAMIL FISIOLOGIS TRIMESTER II
A.
Pengertian Ibu Hamil
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi
terakhir dan kelahiran
(38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio
(minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). (Sarwono, R. Prawiro, 2003)
Dalam masyarakat, definisi medis dan legal kehamilan manusia
dibagi menjadi tiga periode trimester untuk memudahkan
tahap dari perkembangan janin. Trimester pertama (minggu pertama sampai minggu
ke-13) membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin), sedangkan pada
masa trimester kedua (minggu ke-14 sampai ke-26) perkembangan janin dapat
dimonitor dan didiagnosa. Trimester ketiga (minggu ke-27 sampai kehamilan cukup
bulan 38-40 minggu) menandakan awal viabilitas, yang
berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau
kelahiran dipaksakan.
B.
Perubahan Fisiologis Trimester II
1.
Uterus
a.
Uterus
membesar, hipertropi sel-sel otot
b.
Dinding
uterus tipis dan lunak
c.
Fetus
dapat di palpasi pada abdomen
d.
Uterus
jadi bentuk ovale
e.
Adanya
kontraksi ” braxson his”
2.
Servik
a.
Terus
memanjang
b.
Adanya
mucous plag
c.
Sel
otot hipertropi
d.
Kelenjar
serviks aktif
3.
Vagina
a.
Sel
otot hipertropi
b.
Mukosa
tebal
c.
Adanya
lorchea
d.
PH
asam : 3,5-6,0
4.
Payudara
a.
Duktus
dan alveoli hipertropi
b.
Areola
dan putting membesar
c.
Mulai
ada sekresi kolostrum.
5.
Sistem
Kardiovaskuler
a.
Volume
darah meluas
b.
Hb
menurun akibat eskpirasi plasma lebih besar dari pada sel darah merah
c.
Output
meningkat 30-50 %
d.
Stroke
volume meningkat
e.
Tekanan
darah sama dan cenderung sedikit menurun
f.
Terjadi
hipertropi, supine khusus pada trimserter kedua akhir
6.
Sistem
Respiratory
a.
Oksigen
dalam darah meningkat
b.
Pernafasan
lebih dalam
c.
Volume
darah stabil
d.
Kebutuhan
oksigen meningkat
e.
Uterus
membesar dan menekan diagfragma menyebabkan sulit/ sesak nafas.
7.
Sistem
Urinary
a.
Perubahan
ukuran pada kandung kemih meningkat
b.
Oedema
fisiologis pada kandung kemih
c.
Frekuensi
berkemih menurun
d.
Dilatasi
ginjal dan ureter
e.
Ibu
rentang terhadap infeksi traktus urinarius
f.
Filtrasi
glomerolus meningkat 50%
g.
Aliran
plasma renal meningkat
h.
Ekskresi
glokosa, polipeptida, elektrolit dan vitamin yang larut dalam air meningkat.
8.
Sistem
Muskuloskeletal
a.
Pusat
graviti berubah sebagai akibat membesarnya uterus, lordosis fisiologis
b.
Kram
pada kaki
9.
Sistem
Integumen
a.
Hiperpigmentasi
terutama pada putting dan perinium
b.
Adanya
linianigra
c.
Vaskuler
adanya palmar eritema
d.
Rambut
menjadi lebih halus
e.
Kuku
lebih lunak dan tingkat pertumbuhan meningkat
10. Sistem Gastrointestinal
a.
Mulut
dan gigi
1)
Hiperimia,
sensitif terhadap zat iritan
b.
Esofagus
dan gaster
c.
Kapasitas
lambung menurun
d.
Sekresi
asam hidroverolik dan pepsin dalam lambung menurun
e.
Liver
1)
Meningkatnya
serum phospotase, menurunnya albumin dan globulin
f.
Pankreas
g.
Hipertropi,
hiperplasia dan hiperaktif yang sering terjadi pada sel-sel beta
h.
Kebutuhan
fisiologis kehamilan, pencetus diabetus gestasional
i.
Intestinal
1)
Pengosongan
lambung meningkat
2)
Absorbsi
nutrien dan air meningkat.
11. Sistem Endokrin
a.
Pituitary
Sekresi
hormon luteinising dan folikel stimulating hormone Prolaktin meningkat
b.
Tiroid
1)
Vaskularisasi
meningkat
2)
Meningkatnya
T3 dan T4
3)
BMR
meningkat.
c.
Paratiroid
Hiperplasia,
sekresi hormon meningkat
d.
Adrenal
1)
Sekresi
adenocorticotropik hormon (ACTH) meningkat
2)
Level
kortisol meningkat
3)
Level
aldesteron meningkat
e.
Plasenta
Fungsi
utuh dan komplek
C.
Perubahan
Psikologi Trimester II
Menurut
Kusmiyati 2008 Kehamilan trimester kedua merupakan periode kesehatan yang baik. Perubahan psiologis yang terjadi pada
trimester kedua adalah sebagai berikut:
Kehamilan trimester II, terlihat tanda-tanda perubahan
fisik yang
jelas, sehingga dirasakan keberadaan janin. Tanda-tanda tersebut diantaranya uterus yang membesar dengan cepat dan
dapat dirasakan jika di palpasi di daerah abdomen, naiknya berat
badan, serta payudara yang mulai membesar. Janin dapat terlihat jka dilakukan USG,
sehingga dapat diperlihatkan gambar/video janin di dalam kandungan kepada keluarga.
Pada tahap ini, sudah terasa pergerakan dari janin. Hal tersebut membuat calon ibu
menerima bahwa janin merupakan bagain terpisah dari dirinya meskipun janin tetap saja bergantung pada dirinya.
Pada tahap ini, janin sudah menjadi fokus utama dari ibu.
Ibu mulai memperhatikan kesehatan dari janin. Ibu menjadi tertarik akan informasi tentang diet dan perkembangan fetal. Pada trimester
II. Muncul quickening pada diri
ibu, sehingga terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik secara geografik maupun
sosial. Hal tersebut karena calon ibu telah lebih mengalihkan perhatiannya
kepada janin. Selain itu, calon ibu juga lebih mendekatkan hubungan
dengan ibu kandungnya atau wanita yang pernah atau sedang hamil.
3.
Narsisme
dan introvert
Pada tahap ini, beberapa wanita akan menjadi lebih narsis dan
introvert terhadap dirinya sendiri, sadar akan kemampuannya untuk melindungi
dan menyediakan kebutuhan bagi janin. Ibu lebih selektif akan makanan dan baju yang ingin dipakai.
Beberapa wanita juga akan kehilangan ketertarikan akan pekerjaan,
berlebihan jika mengalami kejadian, karena takut jika kejadian tersebut akan
berdampak buruk dan membahayakan janin.
Calon ibu mulai tertarik melihat kembali gambar-gambar
bersama suaminya pada saat mereka masih bayi. Mereka ingin tahu dan mendengarkan
cerita bagaimana mereka sewaktu bayi. Ibu lebih sering menghabiskan
waktu untuk memikirkan janin, membaca buku perkembangan janin, serta mengkhayalkan kehidupan
setelah janin lahir, senang memanggil janin dengan panggilan kesayangan dan
menceritakan tentang kepribadian janin yang ada dalam kandungannya.
Orang-orang di sekitarnya, baik suami maupun keluarga yang lain, akan heran sebab hal-hal
tersebut berbeda dengan perilakunya yang biasa.
Pada trimester
II, perubahan bentuk tubuh terjadi begitu cepat dan terlihat
jelas. Perubahan yang terjadi mepiluti pembesaran abdomen, penebalan pinggang, dan pembesaran
payudara. Hal tersebut semakin memastikan
status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang
yang lebih luas. Perubahan-perubahan ini akan diterima dan dianggap sebagai suatu kebanggaan
bagi pasangan suami dan istri. Akan tetapi, sikap ini dapat berubah-ubah
seiring dengan perkembangan kehamilan.
Pada awal kehamilan, citra tubuh terlihat positif, namun seiring perkembangan kehamilan pencitraan terhadap tubuhnya akan berubah menjadi lebih
negatif. Perasaan ini hanya bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi
persepsi tentang diri mereka secara permanen.
Ketertarikan dan aktivitas seksual selama masa kehamilan bersifat individual dan sulit ditebak. Bersifat individual,
karena ada pasangan yang puas dan ada yang tidak. Perasaaan tersebut tergantung dari faktor-faktor fisik, emosi, interaksi, budaya, masalah disfungsi seksual, perubahan
fisik pada wanita, bahkan tahayul/mitos tentang seks selama kehamilan. Bersifat sulit ditebak, karena perasaan seksual itu dapat sewaktu-waktu naik, turun, atau bahkan tidak berubah. Aktivitas seksual tetap aman dilakukan jika tidak ada komplikasi pada masa kehamilan.
Pada trimester
II, terjadi peningkatan sensitifitas
dari labia dan klitoris, serta peningkatan lumbrikasi vaginal sebagai hasil
dari vasokongesti pelvis. Selain itu, mual dan fatigue juga sudah tidak begitu
dirasakan. Hal tersebut menyebabkan timbul peningkatan sejahtera dan energi yang akan meningkatkan keinginan seksual. Orgasme terjadi dengan frekuensi yang lebih
banyak dan dengan intensitas yang lebih besar selama kehamilan akibat perubahan-perubahan di atas. Meskipun orgasme akan menyebabkan kontraksi uterin sementara, namun hal itu
tidak akan melukai jika kehamilan masih dalam keadaan normal.
Tanda-tanda bahaya
kehamilan
adalah gejala yang menunjukkan
bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan bahaya.
Menurut (Kusmiyati dkk, 2008) Kehamilan
merupakan hal yang fisiologis.
Namun kehamilan
yang normal dapat berubah
menjadi patologi.
Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menapis
adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi/ penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil
muda.
Perdarahan
yang terjadi pada masa kehamilan
kurang dari 22 minggu. Pada masa kehamilan
muda, perdarahan
pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan
dapat berupa abortus, kehamilan mola
Penanganan Umum :
Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat, lakukan pemeriksaan secara cepat
keadaan umum ibu, termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, respirasi,
dan temperatur). Jika dicurigai adanya syok, segera lakukan
tindakan meskipun tanda–tanda syok
belum terlihat. Ingat bahwa saat melakukan evaluasi lebih lanjut kondisi ibu
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
segera memulai penanganan
syok, yaitu pasang infus
dan berikan cairan
intravena. Lakukan restorasi cairan
darah sesuai dengan
keperluan. (Saifuddin, 2002 : 18-19)
Macam–macam
perdarahan
pervaginam :
a.
Abortus
Abortus
adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
16 minggu atau sebelum plasenta
selesai. Macam–macam abortus
:
1)
Abortus
spontan adalah abortus
yang terjadi secara alamiah tanpa interval luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan
tersebut. Penanganannya: lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi
pasien (gawat darurat, komplikasi
berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk), temukan dan hentikan
dengan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan perkembangan
lanjutan.
2)
Abortus
provokatus (induced abortion) adalah abortus
yang disengaja, baik dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
3)
Abortus
medisinalis adalah abortus
karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis)
biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli. (Hendrayani,
2009:3)
4)
Abortus
kriminalis adalah abortus
yang terjadi oleh karena tindakan–tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis.
5)
Abortus
inkompletus (keguguran
bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua
atau plasenta.
Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok
maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah.
Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase.
Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
6)
Abortus
insipiens (keguguran
sedang berlangsung) adalah: abortus
yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban
yang teraba kehamilan
tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok
maka atasi dulu dengan pemberian cairan
dan tranfusi darah.
Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase.
Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
7)
Abortus
imminens (keguguran
membakat) adalah keguguran
membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika
serta istirahat.
Penanganan:
tidak perlu pengobatan
khusus atau tirah baring total, jangan melakukan aktivitas
fisik
berlebihan atau hubungan seksual,
jika: perdarahan
berhenti lakukan asuhan antenatal
seperti biasa. Lakukan penilaian jika perdarahan
terjadi lagi.Perdarahan
terus berlangsung nilai kondisi janin
(uji kehamilan
atau USG) lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.
8)
Missed abortion adalah keadaan dimana janin
sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Penanganan: berikan obat dengan
maksud agar terjadi his sehingga fetus
dan desidua
dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi
dan kuretase.
Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.
b.
Mola Hidatidosa
Pada trimester I
gambaran mola
hidatidosa tidak spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari
kehamilan
anembrionik, missed abortion, abortus
inkompletus, atau mioma uteri.
Penanganan umum :
Jika diagnosis
kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evaluasi uterus, segera lakukan
evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau
Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan
preventif terhadap perdarahan
hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus
secara cepat).
Mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum)
adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan
trimester I. Mual biasa terjadi pada
pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala–gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid
terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual
dan muntah terjadi pada 60-80
% primigravida dan 40-60 % multigravida. Satu
diantara seribu kehamilan,
gejala–gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual
ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam
serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon
ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung
yang berkurang. Pada umumnya wanita
dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat
berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan
umum menjadi buruk. Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan
berat ringanya penyakit.
Penanganan Umum :
a.
Makan sedikit tapi sering
d.
Selingi makanan
berkuah dengan makanan
kering. Makan hanya makanan
kering pada satu waktu makan, kemudian makanan
berkuah pada waktu berikutnya.
Jika
muntah terus menerus bisa
terjadi kerusakan hati. Komplikasi
lainya adalah perdarahan
pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika
penderita muntah.
Sakit
kepala yang bisa terjadi
selama kehamilan,
dan sering kali merupakan ketidaknyamanan
yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukan
suatu masalah serius dalam kehamilan
adalah sakit kepala yang hebat, menetap
dan tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang hebat
tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatanya menjadi kabur atau
terbayang. Hal ini merupakan gejala
dari pre-eklamsia dan
jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
Penanganan Umum :
a.
Jika ibu tidak sadar atau kejang,
segera mobilisasi
seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratan.
b.
Segera lakukan observasi
terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah,
dan pernafasan)
sambil mencari riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien dan keluarganya.
Nyeri kepala pada masa hamil dapat merupakan gejala pre-eklampsia,
suatu penyakit yang terjadi
hanya pada wanita hamil,
dan jika tidak diatasi dapat menyebabkan kejang maternal, stroke, koagulopati dan kematian.
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan
oleh sakit kepala yang hebat,
sehingga terjadi oedema pada otak
dan meningkatkan resistensi otak
yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan
penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah
visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang
mendadak, misalnya penglihatan
kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot),
berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan
tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada
eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).
Penanganan Umum :
a.
Jika tidak sadar atau kejang.
Segera dilakukan mobilisasi
seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
b.
Segera dilakukan penilaian terhadap
keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
Penanganan Umum :
1)
Bila ibu mendapat sedative, tunggu
hilangnya pengaruh obat, kemudian nilai ulang;
2)
Bila DJJ tidak terdengar minta beberapa
orang mendengarkan menggunakan stetoskop Doppler.
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam
jaringan tubuh, dan dapat diketahui
dari kenaikan berat badan
serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan
sering ditemukan pada kehamilan
biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia.
Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang
biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang
mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema
biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain:
jika muncul pada muka dan tangan, bengkak
tidak hilang setelah beristirahat, bengkak
disertai dengan keluhan fisik
lainnya, seperti: sakit
kepala yang hebat,
pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia.
Penanganan Umum :
b.
Mengatur diet,
yaitu meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung protein
dan mengurangi makanan
yang mengandung karbohidrat
serta lemak.
c.
Kalau keadaan memburuk namun
memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan
bayi
demi keselamatan ibu dan bayi.
Kondisi
ibu disebabkan oleh kehamilan
disebut dengan keracunan
kehamilan
dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka,
tekanan darah tinggi dan
dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium.
Nyeri
perut pada kehamilan
22 minggu atau kurang. Hal ini mungkin gejala utama pada kehamilan
ektopik atau abortus.
Penanganan Umum
b.
Jika dicurigai syok,
mulai pengobatan
sekalipun gejala
syok
tidak jelas, waspada dan evaluasi ketat karena keadaan dapat memburuk dengan
cepat.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens
Komplikasi yang dapat timbul pada nyeri perut yang hebat antara lain: kehamilan ektopik; pre-eklampsia; persalinan prematur; solusio plasenta; abortus; ruptur uteri imminens
Anemia
adalah masalah medis
yang umum terjadi pada banyak wanita hamil.
Jumlah sel darah merah dalam keadaan
rendah, kuantitas dari sel–sel ini tidak memadai untuk memberikan oksigen yang
dibutuhkan oleh bayi.
Anemia
sering terjadi pada kehamilan
karena volume darah
meningkat kira–kira 50% selama kehamilan.
Darah terbuat dari cairan dan sel. Cairan tersebut biasanya
meningkat lebih cepat daripada sel- selnya. Hal ini dapat mengakibatkan
penurunan hematokrit
(volume, jumlah atau persen sel darah
merah dalam darah).
Penurunan ini dapat mengakibatkan anemia.
Penanganan Umum :
Komplikasi anemia dalam kehamilan
memberikan pengaruh langsung terhadap janin sedangkan komplikasi pada kehamilan
trimester I yaitu anemia dapat menyebabkan
terjadinya missed abortion, kelainan
kongenital, abortus/
keguguran.
9.
Demam Tinggi
Ibu hamil
menderita deman dengan suhu tubuh
lebih 38° C dalam kehamilan
merupakan suatu masalah. Demam tinggi
dapat merupakan gejala
adanya infeksi dalam kehamilan.
Penanganan Umum :
Demam tinggi dapat
ditangani dengan: istirahat
baring, minum banyak, kompres
untuk menurunkan suhu. (Saiffudin, 2002: 84).
Komplikasi yang
ditimbulkan akibat mengalami demam tinggi
antara lain: sistitis (infeksi
kandung kencing), pielonefritis Akut (infeksi
saluran kemih atas). (Saifuddin, 2002:86).
10. Kejang
Pada umumnya kejang
didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala–gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin
berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam kehamilan
dapat merupakan gejala
dari eklamsia.
Penanganan Umum :
a.
Baringkan pada sisi kiri tempat tidur
arah kepala
ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret, muntahan/ darah
b.
Bebaskan jalan nafas
Keluarnya cairan
berupa air dari vagina
setelah kehamilan
22 minggu, ketuban
dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban
dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan
37 minggu maupun kehamilan
aterm.
Penanganan Umum :
b.
Dilakukan pemeriksaan
inspekulo (dengan speculum DTT) untuk menilai cairan
yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakan dengan urin.
c.
Jika ibu mengeluh perdarahan
akhir kehamilan
(setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan
dalam secara digital.
E.
Diagnosa Kehamilan
Menurut
Mochtar Rustam (2003) tanda-tanda diagnose kehamilan yaitu :
1.
Tanda
kehamilan pasti
Pada
ibu yang diyakini sedang dalam kondisi hamil maka dalam pemeriksaan melalui USG
terlihat adanya janin. Pemeriksa merasakan adanya gerakan janin dalam rahim
pada usia 20 minggu, terlihat adanya gambar kerangka janin, dan terdengar denyut jantung janin.
2.
Tanda
tidak mungkin kehamilan
Dasar
dari tes kahamilan adalah pemeriksaan hormon chorionik gonadotropin dalam urin.
a.
Uterus
membesar,
perubahan bentuk, besar konsistensi.
b.
Tanda
hegar yaitu segmen bawah rahim melunak
c.
Tanda Chadwick. Biasanya muncul pada minggu kedelapan dan
terlihat lebih jelas pada wanita yang hamil berulang
d.
Tanda
goodel. Muncul pada minggu keenam berupa serviks menjadi lunak dan jika
dilakukan pemeriksaan dengan speculum, serviks terlihat lebih berwarna keabu-hitaman.
e.
Tanda
piscasek. Uterus membesar secara simetris menjauhi garis tengah tubuh, bagian
yang lebih besar merupakan tempat melekatnya implantasi.
f.
Tanda
Braxton hick. Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi.
3.
Kehamilan
tidak pasti (keluhan pasien)
a.
Amenorhea
Konsepsi
dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graf dan ovulasi,
gejala ini sangat penting karena
biasanya wanita hamil tidak haid.
b.
Mual
dan Muntah
Enek pada
umunya terjadi pada bulan pertama kehamilan disertai kadang-kadang oleh emesis
(muntah). Keadaan ini lazim disebut morning sickness.
c.
Mengidam
Menginginkan
makanan atau minuman tertentu yang sering terjadi di bulan-bulan pertama.
d.
Leukore
(Keputihan)
Peningkatan
jumlah cairan vagina pada pengaruh hormon cairan tersebut tidak menimbulkan
gatal, warna jernih,
dan tidak banyak
F.
Pemeriksaan Diagnosa Kehamilan
Menurut Sarwono, R. Prawiro (2003) Diagnosa dibuat untuk
menentukan hal sebagai berikut :
Kehamilan normal dengan gambaran ibu sehat, tidak ada
riwayat obstetri buruk, ukuran uterus sama atau sesuai usia kehamilan,
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal (Saifuddin, 2002).
Kehamilan dengan masalah khusus, seperti masalah keluarga
atau psikososial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial (Saifuddin, 2002). Kehamilan dengan masalah kesehatan
yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan kerja sama penanganannya. Kehamilan dengan
kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan segera. Seperti perdarahan,
eklampsia, ketuban pecah dini, dan lain-lain. Cara melakukan diagnosis kehamilan
antara lain :
1.
Kapan
ibu mulai tidak mendapat haid
2.
Apakah
ibu mengalami mual dan muntah
3.
Apakah
terjadi pembesaran payudara
4.
Apakah
terjadi pembesaran putting susu
5.
Apakah
sering buang air kecil
6.
Apakah
ibu mengalami lesu/lelah/cepat pingsan
7.
Apakah
ibu mengalami pigmentasi kulit
8.
Apakah
ibu mengalami Folikel Montgomery
9.
Apakah
ibu mengidam
10. Apakah ibu mengalami anoreksia dan
obstipasi
11. Apakah ibu mengalami epulis dan
varises
12. Apakah ibu mengalami peningkatan
suhu badan basal
13. Apakah ibu mengalami peningkatan
saliva
14. Apakah ibu mengalami perubahan warna
payudara dan keluarnya kolostrum
Pemeriksaan palpasi leopold dilakukan dengan sistematika:
a.
Leopold I:
Menentukan
tinggi fundus uteri (TFU) dan meraba bagian janin yang ada
di atas perut ibu.
b.
Leopold II:
Kedua telapak
tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala pasien, mencari sisi
bagian yang seperti papan panjang (punggung) janin/mungkin bagian keras bulat
(kepala) janin.
c.
Leopold III:
Satu tangan
meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di atas simpisis) sementara
tangan lainnya menahan fundus untuk difiksasi.
d.
Leopold IV:
Kedua tangan
menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kaki pasien, untuk
konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian tersebut sudah
masuk/melewati PAP (Pintu Atas Panggul).
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiyati,
dkk. 2008. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan
Ibu Hamil). Jakarta
Muchtar
Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Sarwono,
R. Prawiro. 2003. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Saifuddin,
AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar